Nganjuk, Oke Jatim - Batik Nganjuk, mungkin belum terlalu sering didengar oleh masyarakat Indonesia. Pamornya masih kalah dibandingkan saudara beda daerahnya seperti Batik Jogja, Batik Madura, atau Batik Solo. Setiap daerah penghasil batik tersebut memiliki ciri masing-masing yang menonjolkan berbagai aspek budaya, sejarah, kearifan lokal maupun kekayaan alam yang dimiliki. Sabtu (13/11/2021).
Saat ini, banyaknya jumlah pengrajin batik di Nganjuk belum dibarengi dengan hadirnya desainer yang dapat mengembangkan motif batik. Hal tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri agar batik Nganjuk dapat memiliki ciri khas dan diterima dengan baik oleh masyarakat luas.
Waluyohadi sebagai ketua tim Pengabdian Kepada Masyarakat, melihat hal tersebut sebagai peluang untuk berkontribusi meningkatkan ekonomi masyarakat Nganjuk di saat pandemi. Bersama tim Desain Produk ITS dan PDPM ITS, antara lain Eri Naharani Ustadzah, Catherina Theresa Hutapea, Aprilia Eka Rahayu, Indana Maidytrida, dan Niken Widyawati, ia menggandeng desainer batik profesional untuk mengembangkan motif khas Nganjuk.
Desainer batik yang menjalin kerja sama dengan tim KKN antara lain Balai Besar Batik Yogyakarta, Batik Berkah Mojo Jombang, Batik Dolly Surabaya, Kibas
Surabaya, Batik Komar Bandung, dan Apips Batik Yogyakarta. Mitra desainer tersebut memberikan kontribusi dengan cara mendesain batik dengan motif khas daerah Nganjuk. Harapannya motif batik yang dihasilkan dapat diminati oleh konsumen dari dalam maupun luar negeri.
Ciri khas dan kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Nganjuk sangat beragam untuk dijadikan sebuah motif batik. Ikon atau kekayaan alam yang dapat dikembangkan menjadi motif batik antara lain ikon dari Kabupaten Nganjuk seperti prasasti Anjuk Ladang, bawang merah, Roro Kuning, Sedudo, Kota Angin, Candi Ngetos, Candi Lor, dll. Berbagai motif ini dapat dimanfaatkan desainer batik untuk menjadi inspirasi motif baru khas Nganjuk.
Motif utama batik yang dikembangkan melalui program ini mengusung konsep yang berfokus pada Nganjuk sebagai Kota Angin. Persawahannya yang luas membuat wilayah Nganjuk memiliki frekuensi angin yang sangat kencang dari arah Gunung Wilis. Titik puncak besarnya frekuensi angin terjadi saat pergantian musim hujan ke musim kemarau.
Selain itu, kekhasan yang ada pada motif ini dapat dilihat pada pencerminan karakter angin yang dinamis. Hal itu tergambarkan oleh liukan pada motif bunga, daun dan tanaman pada batik.
Program yang bekerjasama dengan Disperindag Nganjuk ini juga melakukan penyuluhan kepada mitra desainer secara daring melalui platform zoom meeting. Hal demikian bertujuan untuk memastikan bahwa motif yang dikembangkan berupa ikon-ikon khas Kabupaten Nganjuk serta nantinya akan dijadikan produk acuan dalam pengambangan motif oleh IKM.
IKM Nganjuk sangat antusias mengikuti program KKN ini. Terdapat delapan IKM Kabupaten Nganjuk yang tergabung. Pada akhir bulan September nantinya program ini akan berlangsung secara tatap muka. Penyelenggaraan akan dilakukan dengan mengumpulkan IKM di suatu tempat dengan selalu mematuhi protokol kesehatan yang ada.
Sumber : Rachman / Hafiz
Editor : okejatim.com